Sempat Dilarang di AS, ZTE Coba Memodifikasi Cara Bisnisnya
14 June 2018
Add Comment
ZTE Corp telah menandatangani perjanjian pada prinsipnya yang akan mencabut larangan Departemen Perdagangan AS atas pembelian dari pemasok AS, memungkinkan pembuat peralatan telekomunikasi China untuk kembali berbisnis, menurut sumber yang mengetahui masalah ini.
Kegiatan operasional bisnis utama ZTE Corp dikatakan berhenti akibat larangan yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat, Namun meskipun begitu perusahaan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar kedua di China itu mencoba memodifikasi cara bisnisnya.
ZTE dihantam larangan masuk pasar AS, usai ZTE diketahui melanggar batasan ekspor AS dengan mengirim barang secara ilegal ke Iran. Namun, ZTE telah menandatangani perjanjian pada prinsipnya yang memungkinkan pemerintah AS untuk mengklaim hingga $ 1,7 miliar dalam adu penalti dari perusahaan Cina.
"Sebagai akibat dari Denial Order, kegiatan operasi utama perusahaan telah berhenti," kata ZTE dalam pengajuan bursa pada Rabu malam seperti dilansir Reuster.
"Sampai sekarang, perusahaan mempertahankan kas yang cukup dan secara ketat mematuhi kewajiban komersialnya sesuai dengan hukum dan peraturan," katanya.
Sebagai salah satu pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia bersama Huawei, Ericsson dan Nokia, ZTE bergantung pada perusahaan AS seperti Qualcomm (QCOM.O) dan Intel (INTC.O ) hingga sepertiga dari komponennya.
ZTE mengakui aktif berkomunikasi dengan pemerintah AS "untuk memfasilitasi modifikasi atau pembalikan dari Denial Order oleh pemerintah AS dan menempa hasil positif dalam pengembangan masalah."
Amerika Serikat melarang personil militer AS membeli smarphone Huawei dan ZTE dari China. Pentagon menuding peralatan itu bisa memiliki risiko keamanan yang sangat besar.
Perhatian Pentagon atas barang-barang elektronik memuncak dalam klaim bahwa peralatan tersebut digunakan untuk memata-matai atau melacak anggota pasukan negara.
"Huawei dan perangkat ZTE mungkin dapat mengundang risiko tak terduga ke misi dan informasi serta personel militer," kata juru bicara Pentagon, Mayor Dave Eastburn.
Setelah itu, dia mengatakan itu tidak benar bahwa toko-toko yang dioperasikan oleh militer menjual peralatan.
Eastburn tidak menjelaskan aspek teknis dari ancaman yang ditimbulkan, tetapi The Wall Street Journal melaporkan bahwa Pentagon khawatir pemerintah China dapat menemukan personil militer AS menggunakan perangkat Huawei dan ZTE.
Juru bicara Huawei Charles Zinkowski mengatakan produk produk perusahaan tersebut memenuhi standar keamanan tertinggi, privasi dan diproduksi di setiap negara yang menjual produk termasuk di negara tersebut.
Kegiatan operasional bisnis utama ZTE Corp dikatakan berhenti akibat larangan yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat, Namun meskipun begitu perusahaan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar kedua di China itu mencoba memodifikasi cara bisnisnya.
ZTE dihantam larangan masuk pasar AS, usai ZTE diketahui melanggar batasan ekspor AS dengan mengirim barang secara ilegal ke Iran. Namun, ZTE telah menandatangani perjanjian pada prinsipnya yang memungkinkan pemerintah AS untuk mengklaim hingga $ 1,7 miliar dalam adu penalti dari perusahaan Cina.
"Sebagai akibat dari Denial Order, kegiatan operasi utama perusahaan telah berhenti," kata ZTE dalam pengajuan bursa pada Rabu malam seperti dilansir Reuster.
"Sampai sekarang, perusahaan mempertahankan kas yang cukup dan secara ketat mematuhi kewajiban komersialnya sesuai dengan hukum dan peraturan," katanya.
Sebagai salah satu pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia bersama Huawei, Ericsson dan Nokia, ZTE bergantung pada perusahaan AS seperti Qualcomm (QCOM.O) dan Intel (INTC.O ) hingga sepertiga dari komponennya.
ZTE mengakui aktif berkomunikasi dengan pemerintah AS "untuk memfasilitasi modifikasi atau pembalikan dari Denial Order oleh pemerintah AS dan menempa hasil positif dalam pengembangan masalah."
Amerika Serikat melarang personil militer AS membeli smarphone Huawei dan ZTE dari China. Pentagon menuding peralatan itu bisa memiliki risiko keamanan yang sangat besar.
Perhatian Pentagon atas barang-barang elektronik memuncak dalam klaim bahwa peralatan tersebut digunakan untuk memata-matai atau melacak anggota pasukan negara.
"Huawei dan perangkat ZTE mungkin dapat mengundang risiko tak terduga ke misi dan informasi serta personel militer," kata juru bicara Pentagon, Mayor Dave Eastburn.
Setelah itu, dia mengatakan itu tidak benar bahwa toko-toko yang dioperasikan oleh militer menjual peralatan.
Eastburn tidak menjelaskan aspek teknis dari ancaman yang ditimbulkan, tetapi The Wall Street Journal melaporkan bahwa Pentagon khawatir pemerintah China dapat menemukan personil militer AS menggunakan perangkat Huawei dan ZTE.
Juru bicara Huawei Charles Zinkowski mengatakan produk produk perusahaan tersebut memenuhi standar keamanan tertinggi, privasi dan diproduksi di setiap negara yang menjual produk termasuk di negara tersebut.
0 Response to "Sempat Dilarang di AS, ZTE Coba Memodifikasi Cara Bisnisnya"
Post a Comment